wb_sunny

Breaking News

Liburan Asik di Bontang dengan Nuansa Laut di KOOALA SEAHOUSE Aja WA 082153592212 | Layanan Kurir Antar Kota di Kaltim Amanah Murah Bersahabat WA 082253702036 | Pesan Kue untuk Pesta dan Acara di Bontang WA 0895-4006-53326 | Subhan Travel Melayani Antar Jemput Keluarga dan Rombongan Antar Kota dalam Provinsi Kaltim WA 0853-4657-0507 | Bisnis Anda Ingin Dikenal Lebih Luas di Kaltim? Iklankan di Sini Sekarang! Hubungi Kita di media@medianetwork.my.id | 081288284898

Hari Guru Nasional dan Refleksi Tazkiyatun an-Nafs sebagai Fondasi Ruh Pendidikan

Hari Guru Nasional dan Refleksi Tazkiyatun an-Nafs sebagai Fondasi Ruh Pendidikan


SETIAP
tahun, tanggal 25 November menjadi momentum untuk sejenak berhenti, merenung, dan menghargai mereka yang mendedikasikan hidupnya untuk cahaya ilmu pengetahuan: para pahlawan tanpa tanda jasa, para guru.

Hari ini, mari kita pahami kembali hakikat sejati dari pendidikan.

Seringkali kita berdebat tentang kurikulum terbaik atau materi ajar terbaru. Memang, materi ajar itu penting, sebagai fondasi pengetahuan. 

Namun, kita tahu bahwa metode mengajar jauh lebih penting daripada materi itu sendiri. Metode yang tepat dapat membuat materi yang rumit menjadi mudah dipahami, menarik, dan menginspirasi. Ia adalah jembatan yang menghubungkan ilmu dengan nalar.

Akan tetapi, dalam hierarki pendidikan, ada yang melampaui keduanya. Guru itu sendiri jauh lebih penting daripada materi dan metode. 

Karakter, dedikasi, dan kehadiran seorang guru di ruang kelas meninggalkan jejak yang tak terhapuskan. Dan yang paling utama dari segalanya, adalah Ruh seorang pengajar—semangat, keikhlasan, dan integritas yang terpancar dari hati.

Di masa kini, tantangan mendidik tidak hanya sebatas transfer ilmu. Kita menghadapi krisis keteladanan. 

Itulah sebabnya, tugas kita sebagai pengajar bukan hanya mencerdaskan anak bangsa secara intelektual, tetapi juga membangun akhlak yang mulia. Pendidikan harus utuh.

Urgensi Tazkiyatun an-Nafs

Untuk mencapai tujuan mulia tersebut, ada satu proses fundamental yang sering terabaikan: Tazkiyatun an-nafs (penyucian jiwa).

Bagi para pengajar, tazkiyatun an-nafs adalah prasyarat. Bagaimana mungkin kita membersihkan wadah orang lain jika wadah kita sendiri keruh? Guru yang jiwanya bersih akan memancarkan energi positif, kejujuran, dan kasih sayang. 

Keteladanan yang bersumber dari hati yang suci akan lebih mudah meresap ke dalam sanubari para murid. Proses ini memastikan bahwa niat mengajar kita murni karena Allah SWT dan demi kemaslahatan umat, bukan karena status atau materi semata.

Bagi para murid, tazkiyatun an-nafs adalah kunci pembuka pintu ilmu yang berkah. Jiwa yang bersih dari sombong, iri, dan malas akan lebih siap menerima ilmu, menghormati guru, dan mengamalkan pengetahuannya.

Proses ini sejalan dengan tujuan utama diutusnya Rasulullah SAW, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surah Al-Jumu'ah ayat 2:

“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu'ah: 2)

Ayat ini menegaskan bahwa proses tazkiyah (penyucian jiwa) didahulukan sebelum pengajaran Al-Kitab dan Al-Hikmah (ilmu pengetahuan).

Akhirnya Kami Ucapkan:

Selamat Hari Guru. Mari kita jadikan momen ini untuk merefleksikan peran kita, tidak hanya sebagai penyampai materi, tetapi sebagai pendidik jiwa dan teladan akhlak.

Dengan metode yang hebat, guru yang berkarakter, dan ruh pendidikan yang suci melalui tazkiyatun an-nafs, kita songsong generasi emas Indonesia yang cerdas secara intelektual dan luhur akhlaknya.

Terima kasih, para Guru Indonesia. Jasamu abadi.

*) Rasfiuddin Sabaruddin, S.Sy., MIRK., penulis adalah CEO-founder Sultra.news dan mahasiswa doktoral Islamic Studies di International Islamic University Malaysia (IIUM) Malaysia

Tags